GERHANA MATAHARI CINCIN DAN SEBAGIAN SAPA WILAYAH KALIMANTAN BARAT 26 DESEMBER 2019
Gerhana adalah fenomena alam, tetapi dalam sejarahnya sering dianggap sebagai pertanda atau firasat, dan dapat memicu rasa takut karena matahari tampak hilang dan langit menjadi gelap secara tiba-tiba.
Karena tempat dan waktu gerhana matahari masalalu dapat diketahui melalui
perhitungan astronomi, catatan sejarah mengenai gerhana (misal Gerhana Matahari Asyur) memungkinkan sejarawan mengetahui dengan
pasti tanggal sebagian peristiwa masalalu dan memperkirakan tanggal atau tahun peristiwa-peristiwa
terkait.
Perubahan posisi rasi bintang saat terjadi saat gerhana
matahari Mei 1919 digunakan
sebagai salah satu bukti teori relativitas
umum Albert
Einstein.
Gerhana matahari terjadi ketika posisi bulan terletak
di antara bumi dan matahari sehingga terlihat menutup sebagian
atau seluruh cahaya matahari di langit bumi.
Berdasarkan cara tertutupnya matahari, terdapat empat jenis gerhana
matahari: gerhana matahari total, gerhana matahari cincin, gerhana matahari sebagian,
dan gerhana matahari hibrida/campuran.
Walaupun bulan berukuran sekitar 400 kali lebih kecil daripada matahari,
bulan terletak sekitar 400 kali lebih dekat ke bumi sehingga kedua benda langit
ini tampak hamper sama besar di langit bumi. Karena orbit bulan berbentuk elips,
jaraknya dari bumi sedikit berubah-ubah sehingga kadang tampak lebih besar dan mampu
menutupi matahari (menyebabkan gerhana total) atau kadang lebih kecil dan hanya
dapat menyebabkan gerhana matahari cincin.
Gerhana matahari tidak terjadi di setiap fase bulan baru, karena orbit bulan memiliki kemiringan
5° terhadap bidang ekliptika (bidang
orbit bumi mengelilingi matahari) sehingga posisi bulan sering kali tidak satu bidang
dengan bumi dan matahari.
Gerhana hanya terjadi jika bulan cukup dekat dengan bidang ekliptika
pada saat yang bersamaan dengan bulan baru. Kedua peristiwa ini terjadi dengan jadwal
berbeda: bulan baru terjadi sekali setiap 29,53 hari (bulan
iqtirani atau sinodis) sedangkan bulan melintasi
ekliptika dua kali setiap 27,21 hari (bulan drakonis).
Karena itu, gerhana matahari maupun bulan hanya terjadi pada saat
kedua peristiwa ini terjadi berdekatan, yaitu pada "musim gerhana".
Secara
matematis, setiap tahunnya terjadi minimal dua musim gerhana, dengan total dua hingga
lima gerhana matahari, dan gerhana matahari total terjadi maksimal dua kali.
Gerhana matahari total lebih langka karena posisi bulan harus lebih tepat berada
di tengah-tengah garis antara matahari dan pengamat di bumi, dan posisi bulan harus
cukup dekat sehingga tampak cukup besar dan tidak terjadi gerhana cincin.
Selain itu, peristiwa gerhana matahari total biasanya hanya terlihat di sebuah jalur
kecil di permukaan bumi di luar jalur tersebut pada saat yang sama hanya terlihat
gerhana sebagian (di dalam penumbra) .
Ada empat jenis gerhana matahari, yaitu:
- Gerhana
matahari total, yaitu ketika bulan menutupi
seluruh matahari sehingga korona (yang menyelubungi matahari dan biasanya jauh lebih
redup daripada matahari) menjadi terlihat. Pada peristiwa gerhana total,
gerhana total hanya tampak di sebuah "jalur" kecil di permukaan bumi.
- Gerhana
matahari cincin, yaitu ketika bulan berada
tepat di tengah-tengah matahari dan bumi, tetapi ukuran tampaknya lebih kecil dibandingkan
dengan ukuran tampak matahari. Alhasil, pinggiran matahari terlihat sebagai cincin
yang sangat terang dan mengelilingi bulan yang tampak sebagai bundaran gelap.
- Gerhana
matahari campuran atau hibrida antara
gerhana total dan gerhana cincin. Di sebagian permukaan bumi terlihat gerhana
total, sedangkan di titik lain terlihat gerhana cincin. Gerhana campuran seperti
ini cukup langka.
- Gerhana matahari sebagian terjadi ketika bulan berada tidak tepat di tengah-tengah garis antara matahari dan bumi, sehingga hanya menutupi sebagian matahari. Fenomena ini biasanya terlihat di banyak titik di luar jalur gerhana total atau cincin. Kadang, yang terlihat di bumi hanyalah gerhana sebagian karena umbra (bayangan yang menyebabkan gerhana total) tidak berpotongan dengan bumi dan hanya melewati daerah di atas kawasan kutub. Gerhana sebagian biasanya tidak begitu mempengaruhi terangnya sinar matahari. Kegelapan baru dapat dirasakan ketika lebih dari 90% matahari tertutup bulan, dan bahkan gerhana sebagian yang mencapai 99% tidak lebih gelap disbanding keadaan senja atau fajar.
GERHANA MATAHARI CINCIN DAN SEBAGIAN DI WILAYAH KALIMANTAN BARAT.
Pada tanggal 26 Desember 2019 sebagai penutup tahun 2019 ternyata fenomena alam gerhana matahari menyapa beberapa wililayah Indonesia, salah satunya adalah Kalimantan Barat.
Wilayah ini terntata mendapatkan dua jenis gerhana matahari yaitu Gerhana Matahari Cincin (GMC) dan Gerhana Matahari Sebagian (GMS).
Adapun wilayah Kalimantan Barat yang dilewati lintasan Gerhana Matahari adalah :
- Gerhana Matahari Cincin
- Singkawang
- Bengkayang durasi 3 menit 06 detik.
- Sambas durasi 1 menit 47 detik.
- Mempawah durasi 1 menit 34 detik.
- Kapuas Hulu durasi 1 menit 33 detik
- Gerhana Matahari Sebagian
- Pontianak pada pukul 12.44
Penampakkan Fase Gerhana Matahari Sebagian
- Kubu Raya pada pukul 12.44
- Ketapang pada pukul 12.46
- Kayong Utara pada pukul 12.46
- Ngabang pada pukul 12.46
- Melawi pada pukul 12.47
- Sanggau pada pukul 12.48
- Sekadau pada pukul 12.49
- Sintang pada pukul 12.51
- Gerhana Matahari Cincin
Gerhana ini terjadi ketika bulan terletak di antara bumi dan matahari. Piringan bulan tepat berada di tengah-tengah piringan matahari tetapi sisi piringnya tidak tertutup sempurna, sehingga seolah membentuk cincin. - Gerhana Matahari Sebagian
- CARA MELIHAT GERHANA
MATAHARIGerhana dapat di foto dengan peralatan kamera sederhana, walaupun hasilnya akan sulit untuk sama dengan pemandangan gerhana sesungguhnya. Agar bundaran matahari dan bulan terlihat jelas, dibutuhkan lensa fokus panjang dengan pembesaran tinggi, dan agar bundaran tersebut terlihat besar di hasil foto, dibutuhkan lensa dengan panjang focus hingga 500 mm.
Melihat gerhana melalui jendela bidik optik di kamera dapat merusak mata seperti hal nya melihat gerhana secara langsung menggunakan layar elektronik tidak berbahaya untuk mata, tetapi dapat merusak sensor kamera tertentu.
Teropong yang digunakan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Pontianak gunakan ialah iOptron AZ mount Pro dan Sky Watcher seri EQ5